Kehilangan 40 Juta Rupiah Bersama Sate Padang, Rayn Wijaya Trauma Bisnis Kuliner
TABLOIDBINTANG.COM - Lawan main Jefri Nichol dalam film Dear Nathan ini berbagi cerita soal keputusannya kembali ke genre horor dan merintis bisnis lini busana. Rupanya, Rayn Wijaya (22) punya pengalaman tak mengenakan saat berbisnis kuliner akhir tahun lalu.
Saat banyak seleb merintis bisnis oleh-oleh kekinian, Rayn Wijaya membangun lini busana Swank. Meski baru didirikan empat bulan silam dan hanya dijajakan di toko daring, Swank sudah balik modal.
“Bisa jadi sebagai figur publik saya sudah punya masa. Saat mengunggah koleksi Swank ke Instagram misalnya, para pengikut dan warganet penasaran dengan baju yang saya pakai dan tertarik membelinya,” ungkap Rayn yang punya sejuta pengikut di Instagram.
Rayn Wijaya, kelahiran 26 Oktober itu mengaku belum tertarik berbisnis kuliner lagi. Ia pernah mendirikan rumah makan Sate Padang, di sebuah ruko di Cibubur, akhir tahun lalu. Baru setengah tahun beroperasi, Rayn menutup rumah makan itu. Penyebabnya, bangkrut.
“Saya salah memercayai orang. Ada penyalahgunaan uang oleh rekan bisnis saya. Anda tahu uang itu masalah sensitif. Daripada kerugian semakin bengkak, lebih baik ditutup bersamaan dengan berakhirnya kontrak ruko. Saya meminta uang saya sebisa mungkin dikembalikan. Total kerugian berbisnis SatePadang mencapai 40 juta rupiah,” beri tahu Rayn saat berkunjung ke kantor Bintang di Jakarta, pekan lalu.
Meski 40 juta rupiah melayang, Rayn Wijaya legawa dan tidak menuntut rekan bisnisnya lewat jalur hukum. Ia menganggap tragedi ini teguran dari Tuhan agar membuat pilihan bisnis yang lebih spesifik.
Bintang film Gunung Kawi dan Tiger Boy kemudian banting setir ke lini busana sembari menjaga konsistensi di dunia akting. Bulan ini, Rayn merilis film anyar Tumbal The Ritual. Dalam film itu, ia berperan sebagai Raka yang mengajak teman-temannya membuat film.
“Yang menarik, lokasi syutingnya di pabrik gula di Tegal, Jawa Tengah dan Pengalengan, Jawa Barat selama 15 hari. Selama pengambilan gambar di pabrik gula, saya dan kru diminta tidak syuting jam 11-12 siang serta jam 11-12 malam. Alasannya, pada jam-jam itu para penghuni (makhluk gaib -red.) di pabrik sedang keluar. Kami mematuhi persyaratan itu. Sebagai tamu, kami menghormati permintaan warga setempat. Bersyukur, syuting berjalan lancar,” pungkas Rayn Wijaya.
(wyn / gur)